Senin, 11 Oktober 2010

Memanfaatkan Pengalaman 10 Pengusaha Terkaya di Indonesia

Oleh
Sunardi

Belum lama ini, majalah The Forbes Asia mengumumkan 10 Orang Terkaya di Indonesia. Berada dalam urutan pertama adalah pengusaha pulp dan CPO terkenal Indonesia pemilik kelompok Raja Garuda Mas Indonesia (RGM Indonesia) Sukanto Tanoto, dengan perkiraan kekayaan mencapai US$ 2 milliar.
Sukanto Tanoto yang berumur 59 tahun ini, seperti juga sejumlah orang yang masuk dalam daftar pengusaha terkaya di Asia Tenggara, memulai usaha dari nol, dan berkat ketekunan dan keuletan serta nasib baik, akhirnya mereka menjadi pengusaha sukses.
Sukanto Tanoto memulai usaha dengan pabrik tripleks, kemudian berkembang ke perkebunan kelapa sawit, pabrik pulp dan lain-lain. Beberapa tahun ini Group Raja Garuda Mas telah berkembang menjadi salah satu kelompok usaha yang terbesar di Indonesia, yang bergerak di bidang industri, perkebunan, pulp dan lain-lain, dengan jumlah karyawan mencapai lebih dari 50 ribu orang dan sumbangannya kepada Republik Indonesia cukup signifikan, terutama kepada masyarakat yang terkait langsung atau tidak langsung dengan usahanya.
Ironisnya, meski banyak berperan di bidang ekonomi, Sukanto memilih tinggal di luar negeri. Alasannya, karena masalah hukum di Indonesia tidak jelas dan dia dituding terlibat dalam sejumlah kasus—yang kebanyakan tidak jelas statusnya sampai hari ini—yang sangat merepotkannya. Inilah hal yang sangat disayangkan.
Misalnya saja, persoalan hukum dengan Polda Riau yang menyebutkan kayu dari hutan tanaman industri yang dipakai untuk bahan baku pulp di PT Riau Andalan Pulp and Paper (Riaupulp) milik Raja Garuda Mas (RGM) adalah kayu yang diambil dari pohon hutan lindung. Padahal kayu-kayu itu diambil dari lahan yang menjadi konsesi HTI Riaupulp, dan perusahaan ini sangat memperhatikan lingkungan hidup dan kesejahteraan pegawainya. Perusahaan ini juga mengikuti dan menjalankan semua peraturan yang ditetapkan pemerintah.
Pada masa kini, dunia sedang dilanda krisis ekonomi, Indonesia pun terkena imbasnya, hal ini mengakibatkan ekspor merosot dan banyak perusahaan memberhentikan pekerjanya. Pemerintah sangat memerlukan dukungan pengusaha untuk menghadapi krisis bersama-sama. Maka, sudah sepatutnya pemerintah juga mendekati para pengusaha yang tinggal di luar negeri, agar mau kembali ke Indonesia, dengan menghapus berbagai halangan, dan kemudian bersama-sama mengatasi krisis ini.

Membantu Kala Krisis
Seperti pada tahun 1955,pPengusaha terkaya di Philipina Chen Yung Cai, menyelamatkan industri penerbangan Philipina yang sedang mengalami krisis. Pengusaha terkaya di Thailand Chen Kwok Min membantu rakyat desa mengembangan peternakan ayam, dan sukses menbangun ekonomi desa. Ini contoh-contoh betapa pengusaha terkaya yang membantu negaranya dalam keadaan krisis dengan sumbangsih nyata. Pengusaha terkaya di Taiwan (alm) Wang Yung Ching memberikan sumbangsih yang besar terhadap perekonomian Taiwan. Wang sangat dihormati Pemerintah Taiwan maupun kelompok oposisi.
Bagaimana keadaan di Indonesia? Daripada pemerintah mencari investor asing ke sana-sini, mengapa tidak menggandeng orang-orang terkaya itu agar kembali ke negara sendiri? Bagaimanapun, mereka telah banyak memberikan sumbangsih kepada bangsa dan negara. Alangkah baiknya jika mereka dapat kembali ke Indonesia dan bekerja sama dengan pemerintah menghadapi masa krisis ekonomi ini. Mereka pasti tetap menuruti peraturan-peraturan pemerintah, menjaga lingkungan hidup, dan menciptakan lapangan kerja demi mengurangi pengangguran.
Pemerintah Indonesia di bawah pimpinan Presiden Yudhoyono telah menciptakan reformasi di banyak bidang, penegakan hukum pun diterapkan. Namun sayangnya, penegakan hukum dilakukan setengah hati karena pemerintah tidak pernah menutup kasus-kasus yang seharusnya sudah tuntas. Mestinya, kasus yang dinyatakan selesai tidak diungkit lagi. Sebab, hal itu sangat rawan dengan permainan dan bisa dimanfaatkan oleh banyak pihak.
Kasus-kasus seperti ini menjadi sumber obyekan permanen bagi para pengacara, menjadi ATM partai bagi para politisi, bagi pejabat juga dijadikan sumber pemerasan rutin. Kondisi ini sungguh sangat tidak menguntungkan bagi suatu negara. Pemerintah seharusnya memanfaatkan keterampilan dan pengalaman orang-orang seperti Sukanto Tanoto dll untuk membangun ekonomi Indonesia demi kemajuan bersama.

http://www.lintasberita.com/go/347257

Tidak ada komentar:

Posting Komentar